Sa'at itu aku sering meninggikan suaraku dihadapanmu, putih kau minta hitam yang kulakukan, sering aku lalai akan kewajiban, tak jarang aku memerintahmu, padahal aku tau semua itu tak pantas kulakukan karena engkau Pemimpin dalam rumah tangga kita, engkau imamku, mengapa aku tak berpikir pada waktu itu, betapa banyak wanita yang tersiksa karena perilaku suaminya, sementara aku mendapatkan lelaki yang begitu baik tapi malah aku sia-siakan, namun engkau selalu tersenyum dan mengikuti semua mauku, hal ini terus berlangsung sampai suatu ketika engkau jatuh sakit dan pada akhirnya berpulang keharibaan-Nya.
Tersentak bathinku bagai petir yang menyambar di siang hari, seperti anak ayam kehilangan induknya, aku hancur, terpuruk, tak biasa ku hidup dalam kesusahan ini, diri ini terlanjur manja olehmu. Seribu rasa sesal semakin memperdalam kepedihan. Sungguh setelah kepergianmu aku merasa sangat berdosa. Andai waktu bisa di putar kembali, akh...percuma ku bermimpi, yang ada hanya penyesalan demi penyesalan yang tak bertepi.
Sekarang aku sadar betapa tertekannya engkau waktu itu walau tak pernah terucap keluhan, meski tersembunyi air matamu tapi aku yakin engkau terluka olehku hingga jatuh sakit, semua itu kau tutup rapi di ruang hatimu demi aku yang engkau sayangi.
Kini kumerasakan siksa-Nya karena telah lalai mensyukuri karunia Tuhan, sungguh teramat pedih kurasakan, hanya harapan yang bisa kumohonkan semoga Allah mengampuniku dan menempatkanmu di sisi-Nya yang tinggi lagi mulia.
Semoga kisah ini menjadi renungan bagi kita baik laki-laki ataupun perempuan, perlakukanlah pasanganmu sebagai mana mestinya agar tak timbul penyesalan di kemudian hari, karena sesal kemudian takkan ada artinya, semoga Tuhan YME selalu menuntun kita kejalan yang di ridhai-Nya... Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar