Kamis, 25 November 2010

Bangkitlah Wahai Saudaraku

Derita dan duka tak henti-hentinya melanda bumi pertiwi ini, banjir, tanah longsor, gempa dan tsunami datang bersamaan bagai serbuan kolonial pada pada masa penjajahan Belanda. Ciptakan suasana haru yang mencekam, ratusan bahkan ribuan jiwa menyatu dalam duka bertemankan air mata di barak-barak pengungsian.

Mereka kehilangan tempat tinggal, harta benda, dan kehilangan sanak saudara, sungguh sebuah pemandangan yang sangat memilukan, hatiku miris menyaksikan hingga tak kuasa menahan deraian air mata. Jangan menangis saudaraku, hentikan jerit tangis dan sedu sedanmu, percayalah ini hanya ujian kekuatan iman untuk kita, sebagai penentu seberapa besar kita mengingatnya, seberapa dalam kesabaran yang kita miliki untuk lalui cobaan ini, setelah itu yakinlah akan ada rencana Tuhan yang indah untukmu.

Engkau ingatlah firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 214: ''Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga begitu saja? padahal belum datang kepadamu cobaan sebagai mana orang-orang terdahulu dari kamu. Mereka mengalami malapetaka, menderita kesengsaraan dan digoncangkan dengan berbagai penderitaan, sehingga Rasul dan orang-orang beriman bersamanya berkata: ''bilamanakah datang pertolongan Allah?" Ingatlah! Sesungguhnya pertolongan Allah itu sudah dekat."

Karena itu saudaraku, bangkitlah dengan penuh keyakinan bahwa pertolongan Allah untuk mengantarmu dalam kisah bahagia yang baru akan segera datang, berdirilah dengan tegar, tunjukkan bahwa kamu mampu lalui semua ini, sehingga Allah menuntunmu menjadi insan-insan pilihan di hadapan-Nya.... Amiin.

Senin, 22 November 2010

Sebelum Terlambat

Cobalah membenci keangkuhan
Kuatkan tekat membuang keegoan
Belajarlah membenci kepalsuan
Teruslah mencoba hapuskan iri dengki
Semua itu penyakit hati yang menghancurkan
Jika selalu berusaha mencoba dan mencoba
Dia pasti menuntun kita ke jalan-Nya
Hingga diri melangkah lebih sempurna


keinginan buruk dan baik itu
Kan selalu berbisik di telinga
Hadirkan keraguan ciptakan gejolak
Hitam putih selalu berganti menghantui pikiran
Jalan mana yang akan di tempuh
Apakah ke pintu dosa dengan iming kenikmatan
Namun kan berakhir derita dan penyesalan
Atau ke pintu yang mulia walau banyak onak duri
Namun pasti berakhir bahagia & ketentraman hati


Semoga hidayah segera menghampiri
Sa'at diri mantap memilih jalan-Nya
Meski berjuta godaan menghalangi
Percayalah Allah takkan berpangku tangan
Hilangkan keragu-raguan di dada
Sebelum engkau menyesal tak berpenghujung...''

Dunia Semakin Tua

Sa'at mesjit dan mushallah sudah mulai sepi
Sa'at sudah jarang terdengar suara mengaji
Sa'at segalanya dijadikan judi
Sa'at tempat hiburan remai oleh muda-mudi
Sa'at yang bukan muhrim berduaan tak malu lagi


Sa'at dosa jadi tren yg dianggap berbobot,
Sa'at amal shaleh mulai dianggap kolot
Sa'at semua kerja manusia mulai digantikan robot
Sa'at kemajuan tekhnologi semakin disorot
Sa'at itu pula akidah manusia mulai merosot


Semoga masih ada insan yang sadar
Semoga kemaksiatan tak terus menyebar
Semoga kita terus bisa bersabar
Menghadapi dunia ini yg semakin samar
Jauh dari Tuhan dekat dengan khamar
Nauzubillah,Lindungi kami ya Allah..Tuhan yg maha besar...''

Suka Duka Adalah Warna Kehidupan

Sesekali masa kelabu itu hadir di benakku
Mengusik ketenangan,menyulut kesedihan
Pedih,miris,membuatku terpaku dalam diam
Tapi ku tak ingin melupakan masa itu
Meski untuk mengenangnya,
Aku harus bersimbah air mata
Itu adalah spiritku,kekuatanku
Karena pilu yang mendera,
membakar semangatku tuk berjuang,
Bangkit dari derita yg membelenggu

Memang tak indah hidup tampa bahagia

Tapi tak terlatih nyali tampa lalui derita

Kini ku menyadari cambukan duka itu
Menuntunku tuk selalu berharap
Kan ada seberkas cahaya menerangi
Dan dari titk itu pula aku mulai sadar
Betapa besar karunia Tuhan untukku kini
Karena bahagia kini telah menghampiri
Terima kasih Tuhan....
Untuk warna yang telah Engkau hadirkan
Dalam perjalan hidup ini.....''

Minggu, 21 November 2010

Bukti Kebijaksanaan Allah


Tuhan selalau ciptakan sepasang di muka bumi,masih ingatkah engkau disa'at iblis dan malaikat diminta sujud kepada Adam? Malaikat sujut sedangkan iblis tidak, karena keangkuhannya iblis dibuang ke neraka dan ia kekal didalamnya. Jalan terang & jalan gelap adalah pilihan dari Tuhan, d
an setiap pilihan itu,akan menentukan nasip kita, nasip di dunia & nasip diakhirat kelak.

Maha suci Allah yg telah ciptakan segalanya serba sepasang hingga kelangsungan hidup ini bisa berjalan semestinya, coba kita bayangkan seandainya tak ada kejahatan,takkan ada org yg berprofesi sebagai polisi & aparat lainnya. Jika tak ada orang miskin,takkan ada yg mau jualan sayur dipasar Takkan ada yg mau berpanas2an menanam padi, lalu kita mau makan apa?? jika tak ada lagi yg mau jualan. Karenanya Alllah ciptakan miskin dan kaya, dan masih banyak lagi contoh yang lainnya.

Mari kita sadari semua itu sebelum azab datang menimpa diri, karena alam ini cukup untuk menjawab semua yang menjadi tanda tanya jika kita mau berpikir. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita yg selalu mengeluh dan selalu bertanya ''mengapa'' kalau kita sedang dilanda kesusahan.

Puisiku Untukmu Ibu



Lantunan suara hati ini tak berhenti berucap
Beribu kata pujian tak cukup untuk melukiskan
Tentang kejujuran yang menyiram kalbuku
Untuk bersuara menyampaikan rasa syukur ini
Begitu banyak kesejukkan yg kau hadirkan untukku

Ingin kubalas dengan mencium telapak kakimu

Yang tesimpan syurga untukku

Sungguh engkau insan yg mendekati sempurna
Sulit kucari celah.... apa yang tercela darimu

Hanya sebuah keinginan yang dapat kuberi
Memuliakanmu lebih dari diri sendiri
Karena engkau bak matahari
Yang selalu bersinar menyinari bumi
Tak henti kau semaikan kelembutan diri
Hingga terpancar cahaya yang suci
Di balik wajah yang sendu menyejukkan hati
Membuatku tak beralasan mengingkari
Begitu besar karunia dari Ilahi Rabbi

Ya Tuhan... berikan dia kemuliaan sejati
Tentramkan bathinnya lalui hidup ini
Karena hatinya mulia laksana bidadari......''

Sabtu, 20 November 2010

Kisah penyesalan Istri Yang Durhaka

Di sudut kamar ini aku terseduh meratapi nasip yang kini kujalani, sendiri menanggung hidup tiada tempat mengadu, bantal ini jadi saksi bisu, air mata ini selalu jatuh membasahinya. Suamiku... aku teringat kembali bagaimana aku memperlakukanmu begitu buruk, tepatnya 2 tahun yang lalu.

Sa'at itu aku sering meninggikan suaraku dihadapanmu, putih kau minta hitam yang kulakukan, sering aku lalai akan kewajiban, tak jarang aku memerintahmu, padahal aku tau semua itu tak pantas kulakukan karena engkau Pemimpin dalam rumah tangga kita, engkau imamku, mengapa aku tak berpikir pada waktu itu, betapa banyak wanita yang tersiksa karena perilaku suaminya, sementara aku mendapatkan lelaki yang begitu baik tapi malah aku sia-siakan, namun engkau selalu tersenyum dan mengikuti semua mauku, hal ini terus berlangsung sampai suatu ketika engkau jatuh sakit dan pada akhirnya berpulang keharibaan-Nya.

Tersentak bathinku bagai petir yang menyambar di siang hari, seperti anak ayam kehilangan induknya, aku hancur, terpuruk, tak biasa ku hidup dalam kesusahan ini, diri ini terlanjur manja olehmu. Seribu rasa sesal semakin memperdalam kepedihan. Sungguh setelah kepergianmu aku merasa sangat berdosa. Andai waktu bisa di putar kembali, akh...percuma ku bermimpi, yang ada hanya penyesalan demi penyesalan yang tak bertepi.

Sekarang aku sadar betapa tertekannya engkau waktu itu walau tak pernah terucap keluhan, meski tersembunyi air matamu tapi aku yakin engkau terluka olehku hingga jatuh sakit, semua itu kau tutup rapi di ruang hatimu demi aku yang engkau sayangi.

Kini kumerasakan siksa-Nya karena telah lalai mensyukuri karunia Tuhan, sungguh teramat pedih kurasakan, hanya harapan yang bisa kumohonkan semoga Allah mengampuniku dan menempatkanmu di sisi-Nya yang tinggi lagi mulia.

Semoga kisah ini menjadi renungan bagi kita baik laki-laki ataupun perempuan, perlakukanlah pasanganmu sebagai mana mestinya agar tak timbul penyesalan di kemudian hari, karena sesal kemudian takkan ada artinya, semoga Tuhan YME selalu menuntun kita kejalan yang di ridhai-Nya... Amiin.